Perencanaan
Pengendalian Pencemaran Limpasan Air
Sebuah Panduan untuk
Area Konstruksi
(Sumber : Developing Your Stormwater
Pollution Prevention Plan, A Guide for Construction Sites)
(Sumber : Developing Your Stormwater
Pollution Prevention Plan, A Guide for Construction Sites)
Mengapa?
Limpasan permukaan dari sebuah area konstruksi dapat menyebabkan
pencemaran pada sungai, danau, dan perairan pantai.
Apa itu limpasan permukaan dan efeknya?
Limpasan permukaan adalah air hujan atau lelehan salju yang mengalir
di atas lahan dan tidak meresap ke dalam tanah. Limpasan permukaan mengalir
sambil membawa sampah, puing, dan polutan seperti sedimen, minyak, pestisida,
dan bahan beracun lainnya. Perubahan temperatur air, sedimen, dan pencemaran
dari limpasan permukaan dapat mengganggu kehidupan air, kehidupan hewan darat,
dan mengganggu kesehatan manusia. Tanah yang terganggu oleh proses konstruksi
sangat rentan terhadap erosi. Limpasan permukaan dari sebuah area konstruksi
yang tidak stabil dapat menghasilkan kehilangan 35-35 ton sedimen per area per
tahun (ASCE and WFF,1992).
Polutan utama dari area konstruksi adalah sedimen. Untuk mengontrol
erosi dari area konstruksi, sangatlah penting untuk mengetahui perbedaan tipe
erosi yang dapat terjadi. Erosi terjadi ketika air hujan jatuh ke atas tanah,
memecah dan memisahkan struktur tanah. Limpasan permukaan membawa partikel
tanah membentuk lembaran erosi yang kemudian membentuk parit-parit kecil hingga
parit-parit besar. Cara terbaik untuk menghentikan erosi adalah menjaga tanah
tetap di tempatnya semula dengan menanam vegetasi, menggunakan erosion control blanket dan metode
lainnya yang mencegah partikel tanah terpisah ketika terjadi hujan.
Bagaimana Mencegah Pencemaran Limpasan Permukaan?
Manajemen pencegahan pencemaran limpasan permukaan dapat dilakukan
dengan 2 cara. Struktural dan Non-Struktural. Struktural meliputi silt fenc, sediment ponds, erosion control
blankets, dan temporary or permanent
seeding. Sedangkan non struktural meliputi pembersihan area sampah dan
puing, perawatan peralatan (terutama mekanikal yang berpotensi terjadi tumpahan
bahan bakar dan oli, pemeriksaan area jalan, serta training staff lapangan
mengenai penerapan pengendalian erosi dan sedimen.
Panduan Umum Perencanaan Pengendalian Pencemaran Limpasan
Air
·
Stabilkan area konstruksi sesegera mungkin
·
Proteksi lahan miring dan saluran
·
Kurangi area non porous dan perbanyak area
porous
·
Kontrol perimeter dari area konstruksi
·
Lindungi area tangkapan aliran hujan yang berada
di sekitar area proyek
·
Ikuti langkah – langkah pencegahan polusi
·
Minimalkan area dan jangka waktu area tanah yang
terekspos
Mengevaluasi area konstruksi
(Sumber : Developing Your Stormwater
Pollution Prevention Plan, A Guide for Construction Sites)
Implementasi Site Plan
Implementasikan hal – hal di bawah ini agar tertuang jelas pada site
plan secara kontinyu dan terbaharui.
·
Toilet portabel
·
Area penyimpanan material
·
Area maintenance dan pengisian bahan bakar untuk
kendaraan dan equipment
·
Pencucian beton
·
Pencucian cat dan plesteran
·
Bak sampah konstruksi
·
Spill kits (set peralatan pembersih tumpahan)
·
Stockpiles
·
Struktur dan non-struktur pencegah pencemaran
·
Semua struktur pencegah pencemaran temporer
·
Setiap perubahan terhadap struktur pencegah
pencemaran
Dasar Pencegahan Erosi dan Sedimen
1.
Meminimalkan area yang terganggu oleh proses
konstruksi dan melindungi bentang alam lapisan tanah asli.
Mengetahui batas yang jelas dari area konstruksi, memudahkan kita
untuk menjaga area yang akan mendapatkan efek dari area konstruksi. Meminimalkan
area yang akan terganggu dari sebuah area konstruksi akan memberikan dampak yang
lebih kecil juga terhadap erosi dan sedimen yang mungkin terjadi. Tanaman alami
adalah cara terbaik dan termurah untuk menggulangi erosi. Melindungi lapisan
tanah paling atas (top soil), merupakan cara yang baik untukmencegah erosi.
Memindahkan top soil menyebabkan tereksposenya lapisan tanah dengan partikel
yang lebih mudah terurai dan terbawa air hujan. Menjaga lapisan tanah paling
atas juga meningkatkan penyerapan air hujan ke dalam tanah.
2.
Fase aktivitas konstruksi
Membagi akivitas
konstruksi menjadi beberapa fase, dan merencanakan schedule dari aktifitas
kontruksi dapat meminimalisirkan area yang terganggu oleh aktifitas konstruksi,
karena gangguan aktifitas konstruksi hanya terkonsentrasi di area dan waktu
tertentu. Setiap setelah suatu fase dan area konstruksi selesai, tanah perlu
distabilkan segera.
3.
Atur limpasan air hujan yang mengalir ke dalam
dan melalui area proyek
Untuk meminimalkan
erosi, limpasan air hujan yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi dari area
proyek perlu dialihkan dan diperlambat alirannya.
Ilustrasi
dari sebuah tanggul konstruksi untuk mengalihkan limpasan air ke area
konstruksi yang tidak terganggu.
(Sumber : Developing Your Stormwater
Pollution Prevention Plan, A Guide for Construction Sites)
4.
Stabilkan lahan dengan tepat
Segera setelah
aktifitas konstruksi berhenti lahan yang terekspose perlu distabilkan untuk
meminimalkan erosi. Gunakan cover permanen atau temporer untuk menjaga tanah
yang terbuka dari erosi. Cover temporer diperlukan jika area konstruksi
tersebut terganggu namun belum selesai aktifitas konstruksinya. Tumpukan tanah
juga perlu diproteksi untuk meminimalkan erosi dari area ini. Cover temporer
termasuk di dalamnya adalah terpal, blanket dan mats. Cover permanen termasuk
di dalamnya adalah tanaman penahan erosi.